Pada kesempatan ini kita akan membahas tentang Pertempuran lima hari di semarang, Pertempuran 5 hari di semarang, perang 5 hari di semarang, latar belakang Pertempuran lima hari di semarang, latar belakang Pertempuran 5 hari di semarang, dan perang lima hari di Semarang.
Pada waktu itu, kira-kira 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak sewaktu mereka dipindahkan ke Semarang.
Mereka menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Mereka melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh. Kidobutai adalah sebuah batalyon Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido.
Mereka bergerak melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang tertawan. Situasi bertambah panas dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum warga semarang, Reservoir Siranda di Candilama telah diracuni.
Pihak Jepang memperuncing keadaan karena melucuti delapan orang polisi Indonesia yang menjaga tempat tersebut.
Reservoir adalh cadangan air meneral bagi penduduk kota semarang, Luas seluruh lahan reservoir (bak penampungan/tandon air) 2500 meter persegi. Bangunan bertera 1912 mempunyai tinggi 4,7 meter berdiameter 32 meter.
Bangunan kedua bertera 1923 berjarak 4 meter dari bangunan sebelumnya, mempunyai tinggi 2,5 meter dengan diameter 20 meter.
Mendengar isu tersebut dr. Kariadi sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) berniat memastikan kabar tersebut.
Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.
Saat bertugas dr. Kariadi dan rombongan dihadang tentara Jepang dan ditembak secara keji. dan akhirnya wafat pada tanggal 14 Oktober pukul 23.30, pada usia 40 tahun satu bulan. Pertempuran mulai pecah pada dini hari tanggal 15 Oktober 1945.
Para pemuda dan pejuang Indonesia bertempur melawan pasukan Kidobutai yang dibantu
oleh batalyon Jepang lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang.
Pertempuran yang paling banyak menelan korban terjadi di Simpang Lima, berlangsung selama lima hari Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang.
Proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu ikut terlibat dalam perundingan pada tanggal 20 Oktober 1945.
Pasukan Sekutu kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan pasukan Jepang. Untuk mengenang pertempuran di Semarang, maka di Simpang Lima didirikan Monumen Perjuangan Tugu Muda.
Pertempuran lima hari di Semarang
Latar belakang pertempuran di Semarang dipicu peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 Oktober 1945.Pada waktu itu, kira-kira 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak sewaktu mereka dipindahkan ke Semarang.
Mereka menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Mereka melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai di Jatingaleh. Kidobutai adalah sebuah batalyon Jepang di bawah pimpinan Mayor Kido.
Mereka bergerak melakukan perlawanan dengan alasan mencari dan menyelamatkan orang-orang Jepang yang tertawan. Situasi bertambah panas dengan adanya desas-desus bahwa cadangan air minum warga semarang, Reservoir Siranda di Candilama telah diracuni.
Pihak Jepang memperuncing keadaan karena melucuti delapan orang polisi Indonesia yang menjaga tempat tersebut.
Reservoir adalh cadangan air meneral bagi penduduk kota semarang, Luas seluruh lahan reservoir (bak penampungan/tandon air) 2500 meter persegi. Bangunan bertera 1912 mempunyai tinggi 4,7 meter berdiameter 32 meter.
Bangunan kedua bertera 1923 berjarak 4 meter dari bangunan sebelumnya, mempunyai tinggi 2,5 meter dengan diameter 20 meter.
Mendengar isu tersebut dr. Kariadi sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Kariadi) berniat memastikan kabar tersebut.
Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.
Saat bertugas dr. Kariadi dan rombongan dihadang tentara Jepang dan ditembak secara keji. dan akhirnya wafat pada tanggal 14 Oktober pukul 23.30, pada usia 40 tahun satu bulan. Pertempuran mulai pecah pada dini hari tanggal 15 Oktober 1945.
Gambar: Monumen Tugu Muda |
Para pemuda dan pejuang Indonesia bertempur melawan pasukan Kidobutai yang dibantu
oleh batalyon Jepang lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang.
Pertempuran yang paling banyak menelan korban terjadi di Simpang Lima, berlangsung selama lima hari Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang.
Proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu ikut terlibat dalam perundingan pada tanggal 20 Oktober 1945.
Pasukan Sekutu kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan pasukan Jepang. Untuk mengenang pertempuran di Semarang, maka di Simpang Lima didirikan Monumen Perjuangan Tugu Muda.
Sangat membantu. Trimakasih
BalasHapus