Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pidato berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak. Pidato juga dapat diartikan wacana yang disiapkan untuk diucapkan di hadapan orang banyak.
Ceramah diartikan pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, yang membicarakan suatu hal. Sedangkan Khotbah adalah pidato terutama yang menguraikan tentang ajaran agama.
Dari pengertian-pengertian itu dapat disimpukan bahwa antara pidato, ceramah dan khotbah pada dasarnya memiliki persamaan yaitu pengungkapan pikiran di hadapan orang banyak melalui ujaran dengan cara-cara tertentu.
Dalam pelaksanaannya antara pidato, ceramah, dan khotbah terdapat perbedaan. Perbedaan itu terletak pada komunikasi antara pembicara dengan pendengar. Dalam pidato dan khotbah komunikasi cenderung terjadi satu arah dari pembicara ke pendengar, sedangkan dalam ceramah sering terjadi komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik.
Dalam berbagai acara dan kegiatan sering kita ikuti pidato, ceramah, atau khotbah. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rapat pleno, pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Ceramah juga sering diadakan untukacara-acara tertentu, misalnya ceramah tentang bahaya Narkoba, ceramah tentang kedisiplinan berlalu lintas, dan lain-lain.
Sedangkan khotbah sering kita ikuti pada khotbah Jumat, khotbah di Gereja dan lain-lain. Pada waktu mengikuti pidato, ceramah atau khotbah, kita harus dapat mengambil intisarinya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, maupun beragama agar kita dapat menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena pentingnya materi ini, kamu harus mampu menguasai kompetensi dasar ini dengan baik.
Impromptu atau mendadak adalah metode pidato yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan sama sekali. Isi pembicaraan sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan tersebut.
b. Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan dilakukan tanpa adanya naskah pidato, akan tetapi pembicara masih mempunyai kesempatan untuk membuat kerangka isi pidato. Metode ini sering digunakan oleh pembicara yang sudah berpengalaman. Dengan metode ini suasana antara pembicara dengan benar dapat terjadi komunikasi yang baik.
c. Metode Membaca Naskah
Metode membaca naskah biasanya dilakukan untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan resmi: pidato kenegaraan, pidato sambutan peringatan hari besar nasional, dan lain-lain.
d. Metode Menghafal
Dalam metode ini pembicara memiliki waktu yang cukup untuk merencanakan, membuat naskah, dan menghafalkan naskah.
Seseorang dapat menjadi orator handal melalui proses yang panjang. Kemahiran berpidato tidak datang begitu saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat menjadi orang yang ahli berpidato.
Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:
a. memiliki keberanian dan tekad yang kuat.
b. memiliki pengetahuan yang luas.
c. memahami proses komunikasi massa.
d. menguasai bahasa dengan baik dan lancar.
e. melalui pelatihan yang memadai.
Cara Berpidato Berdasarkan Kerangka yang Telah Dibuat dengan Intonasi yang Tepat serta Artikulasi dan Volume Suara yang Jelas
Teknik-teknik pidato pada penjelasan di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagi orang yang jarang berbicara di depan umum sangat kesulitan menggunakan metode impromptu.
Metode membaca naskah dan menghafal mengurangi daya tarik dan kurangnya komunikasi antara pembicara dengan pendengar. Metode ekstemporan dapat menjembatani kelemahan ketiga metode tersebut.
Berpidato dengan metode ekstemporan dilakukan dengan cara membuat kerangka isi pidato. Selain persiapan yang cukup, pembicara dapat melakukan improviasasi untuk menghidupkan suasana.
Keberhasilan berpidato dapat ditunjang dengan beberapa hal, antara lain intonasi, artikulasi, dan volume suara. Intonasi atau lagu kalimat dalam berbicara dapat menimbulkan berbagai macam makna.
Kata “aduh” dapat berarti sakit, kagum, atau kaget sesuai dengan intonasinya. Artikulasi yang menyangkut kejalasan vokal dan konsonan dalam melafalkan kata-kata juga sangat penting untuk diperhatikan.
Keberhasilan pidato juga ditunjang dengan volume suara yang memadai sesuai dengan situasi pendengar dan situasi ruangan atau tempat. Di samping itu, jika pidato dilakukan dengan pengeras suara harus memperhatikan volume suara serta jarak antara bibir dengan mikrofon.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya kita kembali dapat memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-78 tahun 2006. Peringatan Sumpah Pemuda ke-78 kali ini terasa istimewa maknanya karena masih berada dalam suasana hari raya Idul Fitri 1427 H, hari kemenangan bagi kita semua, untuk itu saya mengucapkan
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin.
Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 adalah kesepakatan sosial dan kesepakatan politik rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Peristiwa Sumpah Pemuda itu mempunyai arti yang sangat penting dalam sejarah perjalanan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Itulah sebabnya peristiwa Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober senantiasa kita peringati sebagai wujud penghargaan kita kepada para pejuang bangsa. Bung Karno pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali kita melupakan sejarah! Bagi siapa yang melupakan masa lalu, berarti dia akan menjadi bayi seumur hidup”.
Hadirin peserta upacara yang saya hormati,
Peringatan Sumpah Pemuda Tahun 2006 ini mengambil tema yang konstektual dengan era persaingan antar-bangsa sekarang ini, yakni “MEMBANGUN PEMUDA KREATIF UNTUK BANGSA KOMPETITIF”.
Tema ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia untuk meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas profesionalnya untuk eksis di era persaingan bebas.
Saat ini masih banyak persoalan yang melanda negeri ini mulai dari persoalan ekonomi, sosial, politik, hukum, keamanan nasional, hingga ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Menghadapi tantangan kehidupan bangsa seperti itu, pemuda dituntut perannya menjadi katalisator bagi persatuan bangsa. Hendaknya dicamkan bahwa persatuan nasional merupakan asset terpenting bagi bangsa Indonesia untuk dapat tampil dalam persaingan antar-bangsa di tengah era globalisasi.
Perlu dipahami bahwa Negara kita ibarat sebuah rumah besar yang di dalamnya terdiri dari berbagai kamar. Ada kamar suku, ada kamar partai, ada kamar agama, ada kamar kepentingan golongan dan kamar lainnya.
Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa sesungguhnya kamar-kamar itu berada di dalam rumah besar yang mempersatukan kita, dimana kita harus keluar dari kamar-kamar itu untuk menjaga keutuhan dan kekuatan rumah besar tersebut. Rumah besar itulah yang kita sebut dengan NKRI.
Melalui peringatan Sumpah Pemuda ke-78 Tahun 2006, saya mengajak kita semua untuk bersama-sama menemukan kembali kekuatan bangsa yang dirasakan mulai meredup, antara lain menyangkut kesadaran kebangsaan, watak atau karakter kebangsaan, tata nilai dan norma, serta budaya bangsa, sebagai bangsa besar yang heterogen, dengan berbagai kearifan lokal yang kita miliki.
Hadirin yang saya hormati khususnya para pemuda,
Meneropong problematika kepemudaan di tanah air, kita mesti mengakui bahwa masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus kita selesaikan, seperti rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda; belum serasinya kebijakan kepemudaan; rendahnya kemampuan kewirausahaan pemuda, tingginya pengangguran; maraknya masalah sosial seperti kriminalitas, premanisme, narkoba dan HIV/AIDS; dan pengaruh budaya asing.
Untuk itu perlu disadari bahwa problematika kepemudaan harus dapat kita atasi secara bersama dengan melakukan berbagai upaya pemberdayaan dan pengembangan pemuda dalam rangka meningkatkan daya saing agar pemuda dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan mampu bersaing dalam iklim kompetisi global.
Para pemuda harus menyadari bahwa daya saing harus terus menerus dibangun di atas landasan kualitas personal menyangkut cara berpikir wawasan, tingkah laku, integritas, moralitas, dan kemampuan beradaptasi dengan nilai-nilai positif dari globalisasi.
Kita berbangga hati karena sebagian dari pemuda kita telah mengukir prestasi di berbagai bidang bahkan sampai ke tingkat internasional, termasuk para pelajar/mahasiswa yang menjadi juara dalam berbagai olimpiade dunia.
Pemuda mesti mampu mengembangkan talenta kreativitas, inovasi, dan produktivitasnya. Sehingga pemuda menjadi insan pembangunan yang selalu mengedepankan daya nalar, pikiran sehat, argumen berbasis pengetahuan dan kompetensi demi kemajuan bangsanya.
Kesemuanya itu menjadi landasan untuk mencapai empat sasaran pokok yang harus diwujudkan dalam pembangunan kepemudaan, yaitu: a). Pemuda yang bermental kuat da berakhlak mulia; b). Pemuda yang sehat fisik dan rohaninya; c). Pemuda yang berpendidikan; dan d). Pemuda yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan.
Hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan ini, secara khusus saya menyampaikan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga sedang memproses lahirnya Undang-Undang Kepemudaan. Saat ini telah disusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepemudaan yang sudah memasuki tahapan pembahasan dan harmonisasi dengan segenap pemangku kepentingan.
Undang-Undang Kepemudaan ini kelak akan menjadi payung hukum pembangunan kepemudaan di Indonesia. Semoga Undang-Undang Kepemudaan ini segera terbit dan dapat membawa kemaslahatan bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kepemudaan.
Akhirnya, dengan berbekalkan rasa syukur kepada Allah SWT dan masih di tengah suasana Idul Fitri 1427 H, dengan ini saya mengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-78 Tahun 2006. Dirgahayu Pemuda Indonesia!
Billahittaufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Ceramah diartikan pidato oleh seseorang di hadapan banyak pendengar, yang membicarakan suatu hal. Sedangkan Khotbah adalah pidato terutama yang menguraikan tentang ajaran agama.
Dari pengertian-pengertian itu dapat disimpukan bahwa antara pidato, ceramah dan khotbah pada dasarnya memiliki persamaan yaitu pengungkapan pikiran di hadapan orang banyak melalui ujaran dengan cara-cara tertentu.
Dalam pelaksanaannya antara pidato, ceramah, dan khotbah terdapat perbedaan. Perbedaan itu terletak pada komunikasi antara pembicara dengan pendengar. Dalam pidato dan khotbah komunikasi cenderung terjadi satu arah dari pembicara ke pendengar, sedangkan dalam ceramah sering terjadi komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik.
Dalam berbagai acara dan kegiatan sering kita ikuti pidato, ceramah, atau khotbah. Pidato sering kita ikuti dalam acara-acara resmi, misalnya seminar, rapat pleno, pidato kenegaraan, dan lain-lain.
Ceramah juga sering diadakan untukacara-acara tertentu, misalnya ceramah tentang bahaya Narkoba, ceramah tentang kedisiplinan berlalu lintas, dan lain-lain.
Sedangkan khotbah sering kita ikuti pada khotbah Jumat, khotbah di Gereja dan lain-lain. Pada waktu mengikuti pidato, ceramah atau khotbah, kita harus dapat mengambil intisarinya untuk dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, maupun beragama agar kita dapat menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena pentingnya materi ini, kamu harus mampu menguasai kompetensi dasar ini dengan baik.
Teknik Berpidato
a. Metode ImpromptuImpromptu atau mendadak adalah metode pidato yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan sama sekali. Isi pembicaraan sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan tersebut.
b. Metode Ekstemporan
Metode ekstemporan dilakukan tanpa adanya naskah pidato, akan tetapi pembicara masih mempunyai kesempatan untuk membuat kerangka isi pidato. Metode ini sering digunakan oleh pembicara yang sudah berpengalaman. Dengan metode ini suasana antara pembicara dengan benar dapat terjadi komunikasi yang baik.
c. Metode Membaca Naskah
Metode membaca naskah biasanya dilakukan untuk menyampaikan pernyataan-pernyataan resmi: pidato kenegaraan, pidato sambutan peringatan hari besar nasional, dan lain-lain.
d. Metode Menghafal
Dalam metode ini pembicara memiliki waktu yang cukup untuk merencanakan, membuat naskah, dan menghafalkan naskah.
Seseorang dapat menjadi orator handal melalui proses yang panjang. Kemahiran berpidato tidak datang begitu saja. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar dapat menjadi orang yang ahli berpidato.
Gambar: Metode Pidato |
Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut:
a. memiliki keberanian dan tekad yang kuat.
b. memiliki pengetahuan yang luas.
c. memahami proses komunikasi massa.
d. menguasai bahasa dengan baik dan lancar.
e. melalui pelatihan yang memadai.
Cara Berpidato Berdasarkan Kerangka yang Telah Dibuat dengan Intonasi yang Tepat serta Artikulasi dan Volume Suara yang Jelas
Teknik-teknik pidato pada penjelasan di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Bagi orang yang jarang berbicara di depan umum sangat kesulitan menggunakan metode impromptu.
Metode membaca naskah dan menghafal mengurangi daya tarik dan kurangnya komunikasi antara pembicara dengan pendengar. Metode ekstemporan dapat menjembatani kelemahan ketiga metode tersebut.
Berpidato dengan metode ekstemporan dilakukan dengan cara membuat kerangka isi pidato. Selain persiapan yang cukup, pembicara dapat melakukan improviasasi untuk menghidupkan suasana.
Keberhasilan berpidato dapat ditunjang dengan beberapa hal, antara lain intonasi, artikulasi, dan volume suara. Intonasi atau lagu kalimat dalam berbicara dapat menimbulkan berbagai macam makna.
Kata “aduh” dapat berarti sakit, kagum, atau kaget sesuai dengan intonasinya. Artikulasi yang menyangkut kejalasan vokal dan konsonan dalam melafalkan kata-kata juga sangat penting untuk diperhatikan.
Keberhasilan pidato juga ditunjang dengan volume suara yang memadai sesuai dengan situasi pendengar dan situasi ruangan atau tempat. Di samping itu, jika pidato dilakukan dengan pengeras suara harus memperhatikan volume suara serta jarak antara bibir dengan mikrofon.
Contoh Pidato Singkat
SAMBUTAN
MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA
PADA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-78 TAHUN 2006
TANGGAL 28 OKTOBER 2006
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya kita kembali dapat memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-78 tahun 2006. Peringatan Sumpah Pemuda ke-78 kali ini terasa istimewa maknanya karena masih berada dalam suasana hari raya Idul Fitri 1427 H, hari kemenangan bagi kita semua, untuk itu saya mengucapkan
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir batin.
Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 adalah kesepakatan sosial dan kesepakatan politik rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Peristiwa Sumpah Pemuda itu mempunyai arti yang sangat penting dalam sejarah perjalanan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Itulah sebabnya peristiwa Sumpah Pemuda setiap tanggal 28 Oktober senantiasa kita peringati sebagai wujud penghargaan kita kepada para pejuang bangsa. Bung Karno pernah mengatakan, “Jangan sekali-kali kita melupakan sejarah! Bagi siapa yang melupakan masa lalu, berarti dia akan menjadi bayi seumur hidup”.
Hadirin peserta upacara yang saya hormati,
Peringatan Sumpah Pemuda Tahun 2006 ini mengambil tema yang konstektual dengan era persaingan antar-bangsa sekarang ini, yakni “MEMBANGUN PEMUDA KREATIF UNTUK BANGSA KOMPETITIF”.
Tema ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemuda Indonesia untuk meningkatkan kapasitas diri dan kapasitas profesionalnya untuk eksis di era persaingan bebas.
Saat ini masih banyak persoalan yang melanda negeri ini mulai dari persoalan ekonomi, sosial, politik, hukum, keamanan nasional, hingga ancaman terhadap persatuan dan kesatuan bangsa.
Menghadapi tantangan kehidupan bangsa seperti itu, pemuda dituntut perannya menjadi katalisator bagi persatuan bangsa. Hendaknya dicamkan bahwa persatuan nasional merupakan asset terpenting bagi bangsa Indonesia untuk dapat tampil dalam persaingan antar-bangsa di tengah era globalisasi.
Perlu dipahami bahwa Negara kita ibarat sebuah rumah besar yang di dalamnya terdiri dari berbagai kamar. Ada kamar suku, ada kamar partai, ada kamar agama, ada kamar kepentingan golongan dan kamar lainnya.
Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa sesungguhnya kamar-kamar itu berada di dalam rumah besar yang mempersatukan kita, dimana kita harus keluar dari kamar-kamar itu untuk menjaga keutuhan dan kekuatan rumah besar tersebut. Rumah besar itulah yang kita sebut dengan NKRI.
Melalui peringatan Sumpah Pemuda ke-78 Tahun 2006, saya mengajak kita semua untuk bersama-sama menemukan kembali kekuatan bangsa yang dirasakan mulai meredup, antara lain menyangkut kesadaran kebangsaan, watak atau karakter kebangsaan, tata nilai dan norma, serta budaya bangsa, sebagai bangsa besar yang heterogen, dengan berbagai kearifan lokal yang kita miliki.
Hadirin yang saya hormati khususnya para pemuda,
Meneropong problematika kepemudaan di tanah air, kita mesti mengakui bahwa masih banyak “pekerjaan rumah” yang harus kita selesaikan, seperti rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda; belum serasinya kebijakan kepemudaan; rendahnya kemampuan kewirausahaan pemuda, tingginya pengangguran; maraknya masalah sosial seperti kriminalitas, premanisme, narkoba dan HIV/AIDS; dan pengaruh budaya asing.
Untuk itu perlu disadari bahwa problematika kepemudaan harus dapat kita atasi secara bersama dengan melakukan berbagai upaya pemberdayaan dan pengembangan pemuda dalam rangka meningkatkan daya saing agar pemuda dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan mampu bersaing dalam iklim kompetisi global.
Para pemuda harus menyadari bahwa daya saing harus terus menerus dibangun di atas landasan kualitas personal menyangkut cara berpikir wawasan, tingkah laku, integritas, moralitas, dan kemampuan beradaptasi dengan nilai-nilai positif dari globalisasi.
Kita berbangga hati karena sebagian dari pemuda kita telah mengukir prestasi di berbagai bidang bahkan sampai ke tingkat internasional, termasuk para pelajar/mahasiswa yang menjadi juara dalam berbagai olimpiade dunia.
Pemuda mesti mampu mengembangkan talenta kreativitas, inovasi, dan produktivitasnya. Sehingga pemuda menjadi insan pembangunan yang selalu mengedepankan daya nalar, pikiran sehat, argumen berbasis pengetahuan dan kompetensi demi kemajuan bangsanya.
Kesemuanya itu menjadi landasan untuk mencapai empat sasaran pokok yang harus diwujudkan dalam pembangunan kepemudaan, yaitu: a). Pemuda yang bermental kuat da berakhlak mulia; b). Pemuda yang sehat fisik dan rohaninya; c). Pemuda yang berpendidikan; dan d). Pemuda yang mampu menjaga persatuan dan kesatuan.
Hadirin yang saya hormati,
Pada kesempatan ini, secara khusus saya menyampaikan bahwa Pemerintah melalui Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga sedang memproses lahirnya Undang-Undang Kepemudaan. Saat ini telah disusun Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepemudaan yang sudah memasuki tahapan pembahasan dan harmonisasi dengan segenap pemangku kepentingan.
Undang-Undang Kepemudaan ini kelak akan menjadi payung hukum pembangunan kepemudaan di Indonesia. Semoga Undang-Undang Kepemudaan ini segera terbit dan dapat membawa kemaslahatan bagi pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kepemudaan.
Akhirnya, dengan berbekalkan rasa syukur kepada Allah SWT dan masih di tengah suasana Idul Fitri 1427 H, dengan ini saya mengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-78 Tahun 2006. Dirgahayu Pemuda Indonesia!
Billahittaufik walhidayah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 28 Oktober 2006
MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI
H. ADHYAKSA DAULT, SH, MSi
0 Response to "Perbedaan Pengertian Pidato, Ceramah dan Khutbah serta Macam-macam Metode Pidato dan Contoh Pidato Singkat"
Posting Komentar