Pengertian Uang Logam, Kelebihan dan Kekurangan serta Sejarahnya

Berikut ini merupakan pembahasan tentang salah satu tahapan sejarah perkembangan uang, yaitu penggunaan uang logam yang meliputi pengertian uang logam, kelebihan uang logam, kekurangan uang logam dan sejarah uang logam.

Pengertian Uang Logam

Uang logam atau kadangkala disebut koin (dari bahasa Inggris coin) adalah logam yang digunakan sebagai alat transaksi ekonomi dan biasanya diterbitkan oleh pemerintah. Biasanya uang logam berbentuk bulat meski hal ini tidak selalu demikian.

Sebuah uang logam biasanya memiliki dua sisi: sisi yang menampilkan nilai uang yang diwakili dan sisi sebaliknya yang biasanya berbentuk gambar. Uang logam dari negara-negara kerajaan biasanya menampilkan gambar kepala negara pada sisi terakhir ini. (Wikipedia)
Uang Logam adalah coin; metalic money yaitu uang yang terbuat dari bahan logam, seperti emas, perak, tembaga, almunium, perunggu, dan suasa, diterbitkan oleh pemerintah dan berlaku sebagai alat bayar sah; yang berhak menerbitkan uang (termasuk uang logam) di Indonesia adalah Bank Indonesia. (Mediapbr.com)
Gambar: Contoh Uang Logam

Kelebihan Uang Logam

Di antara barang-barang yang dipakai sebagai alat tukar, hanya logam mulia yang paling banyak dipakai sebagai alat tukar, karena logam mulia (emas dan perak) memenuhi syarat sebagai berikut.

1. Diterima umum, karena berguna dan berharga.

2. Tahan lama, dapat disimpan lama tanpa mengurangi nilainya.

3. Mudah dibawa, karena mengandung nilai besar dalam kuantitas atau volume kecil.

4. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilainya atau menimbulkan kerugian.

5. Kualitasnya mudah dikontrol, sehingga nilainya bisa dipastikan.

6. Jumlahnya terbatas.

7. Bersifat homogen (serba sama).

8. Tidak mudah dipalsu.

Sejarah Penggunaan Uang Logam

Pada awalnya logam dipotong-potong dan ditimbang serta ditentukan kadarnya untuk menentukan nilainya. Karena hal itu merepotkan, lambat laun para raja atau penguasa setempat mulai menempa uang.

Lama-kelamaan potongan logam diberi bentuk tertentu (biasanya kepingan). Pada kepingan itu diberi cap resmi sebagai jaminan berat dan kadarnya atau gambar (raja, ”the sovereign”) dan angka yang menunjukkan nilainya.

Angka pada kepingan disebut nilai nominal dan nilai bahan atau kepingan itu disebut nilai intrinsik. Mata uang emas mempunyai nilai tinggi. Padahal untuk memenuhi keperluan sehari-hari digunakan uang receh atau uang kecil.
Gambar: Uang logam perunggu (gobog) yang dicetak pada zaman Majapahit (a)
dan uang logam emas yang dipakai sebagai alat pembayaran di Samudra Pasai (b).

Timbul masalah lagi, bagaimana cara mengadakan uang kecil itu. Untuk mengatasi masalah ini, dibuatlah mata uang yang kadarnya lebih rendah dari logam mulia atau logam lain, yaitu perak dan perunggu.

Dengan adanya pembuatan uang logam dari emas, perak atau pun perunggu, terjadilah lebih dari satu mata uang yang beredar, dengan perbandingan nilai sesuai dengan nilai intrinsiknya masing-masing.

Mata uang yang beredar lebih dari satu mata uang di suatu negara ternyata merepotkan. Untuk itu perlu ditertibkan, dan ditentukan satu mata uang yang resmi yang disebut mata uang induk atau uang standar.

Karena perubahan harga perak di pasar, maka terjadilah selisih atau perbedaan antara nilai nominal mata uang dan nilai intrinsiknya. Dengan demikian, perbandingan nilai antara mata uang perak dan mata uang emas (standar) menjadi kacau.

Atas dasar situasi seperti tersebut di atas, orang mulai menyadari bahwa tidak mungkin ada dua macam uang logam mulia yang beredar bersama-sama dalam suatu negara dengan perbandingan nilai tetap.

Kemungkinannya adalah dua macam uang logam beredar sekaligus dengan syarat salah satu dari dua macam uang tersebut diberi nilai (nominal) oleh pemerintah dan ditetapkan lepas dari nilai bahannya.

Jadi, hanya ada satu macam logam mulia yang dipakai sebagai uang standar yang bernilai penuh, sedangkan mata uang lainnya tidak bernilai penuh.

Uang yang nilai nominalnya lebih besar dari nilai intrinsiknya disebut uang tanda. Uang tanda (taken money/token coins) diresmikan pertama kali di Inggris pada tahun 1816.

Dengan adanya uang itu, nilai uang tidak tergantung pada nilai bahannya, tetapi pada angka yang tertera di atasnya. Pemerintah memberikan jaminan pada masyarakat bahwa uang tanda merupakan alat tukar yang sah. Oleh karena itu, masyarakat menerimanya.

Perkembangan ekonomi dunia semakin pesat. Hal itu mengakibatkan perdagangan juga berjalan cepat. Karena uang logam mempunyai kelemahan maka banyak negara kemudian membuat uang kertas.

0 Response to "Pengertian Uang Logam, Kelebihan dan Kekurangan serta Sejarahnya"

Posting Komentar